Beranda | Artikel
Bahaya Riya Dan Pujian Manusia
Senin, 24 Agustus 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bahaya Riya’ Dan Pujian Manusia merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 25 Dzulhijjah 1441 H / 05 Agustus 2020 M.

Download kajian sebelumnya: Ini Syaratnya Agar Umat Islam Diberikan Kejayaan Oleh Allah

Kajian Hadits Tentang Bahaya Riya’ Dan Pujian Manusia

Kita masuk hadits yang ke-31, dari Mahmud bin Labid, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar lalu beliau bersabda:

يا أيها ” الناس إياكم وشرك السرائر ” قالوا يا رسول الله وما شرك السرائر قال : ” يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته جاهدا لما يرى من نظر الناس إليه فذلك شرك السرائر

“Wahai manusia, jauhi oleh kamu syirik yang tersembunyi.” Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, apa itu syirik yang tersembunyi?” Beliau bersabda: “Yaitu seseorang berdiri shalat lalu ia bagus-baguskan shalatnya dengan sungguh-sungguh karena rupanya orang-orang memperhatikan dirinya. Maka itulah syirik yang tersembunyi.” (Riwayat Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya)

Di sini beliau kembali membawakan hadits yang menunjukkan betapa bahayanya riya’. Dan bahwasannya riya’ itu termasuk syirik. Dan syirik (sekecil apaun) itu lebih besar daripada dosa-dosa besar.

Maka dari itu kewajiban kita adalah berhati-hati. Sebelum kita shalat, kita tanya apakah kita sudah ikhlas atau belum? Ketika kita sedang shalat, kita terus awasi hati kita, apakah ada riya’ yang masuk atau tidak? Sebab kalau kita tidak lakukan itu, amat mudah sekali kita jatuh kepada riya’ tersebut.

Hadits ke-32

Dari Mahmud bin Labid, ia berkata, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil.”

Lalu mereka berkata: “Apa itu syirik kecil Wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الرياء يقول الله عز وجل إذا جزى الناس بأعمالهم اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤون في الدنيا فانظروا هل تجدون عندهم جزاء

“Riya’. Kelak nanti pada hari kiamat Allah akan berfirman kepada orang-orang yan riya’ disaat Allah memberikan balasan kepada manusia: ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian harapkan pujiannya itu di dunia. Lihat oleh kalian apakah kamu akan mendapatkan balasan di sisi mereka?`” (HR. Imam Ahmad dengan sanad Jayyid)

Artinya orang-orang yang kamu harapkan pujiannya itu apakah mereka bisa memberikan kepada kamu pahala? Tentu sama sekali tidak, masyaAllah.

Hadits ini menunjukkan betapa tercelanya riya’ itu. Maka kewajiban kita tentunya adalah berusaha bersungguh-sungguh untuk menjauhi riya’. Karena riya’ ini berwarna-warni. Dan setan menyelipkan kepada kita riya’ dengan sangat pintar sekali.

Hadits ke-33

Dari Abi Sa’id bin Abi Fadhalah, ia termasuk salah satu sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إذا جمع الله الأولين والآخرين ليوم القيامة ليوم لا ريب فيه نادى مناد من كان أشرك في عمله لله أحدا فليطلب ثوابه من عنده فإن الله أغنى الشركاء عن الشرك

“Apabila Allah mengumpulkan manusia semuanya dari awal sampai akhir pada hari kiamat, hari yang tidak ada keraguannya. Maka akan ada yang menyeru, ‘Siapa yang mempersekutukan dalam amalannya karena Allah tapi juga karena selain Allah, hendaklah ia mencari pahalanya dari selain Allah. Karena sesungguhnya Allah paling tidak membutuhkan sekutu.`” (HR. Tirmidzi)

Subhanallah, saudaraku seiman, lihatlah bagaimana tercelanya syirik kecil ini, riya’. Sampai-sampai Allah tidak mau memberikan kepada dia balasan sama sekali. Bahkan Allah batalkan amalannya tersebut. Sampai-sampai Allah menyuruh untuk mencari pahalanya dari orang yang ia harapkan pujiannya itu. Sementara siapa manusia yang bisa memberikan pahala? Manusia tidak bisa memberikan pahala, manusia hanya bisa memuji. Dan pujian itu adalah sesuatu yang seringkali membahayakan diri kita.

Ada orang yang dia lebih senang dipuji. Kalau dicela atau dikritik dia tidak mau dan marah. Padahal kalau dia berpikir sejenak dengan akal pikirannya, dia akan memahami bahwa sebetulnya pujian itu apa manfaatnya buat diri dia? Tidak ada manfaatnya. Kalau dikatakan bahwa manfaatnya memberikan motivasi, berarti kamu termotivasinya hanya keadaan pujian, bukan karena Allah, bukan karena keikhlasan. Maka kalau amal kita termotivasi dan menjadi semangat gara-gara pujian manusia, itu saja sudah cukup menjadi tanda bahwa kita riya’. Karena orang ikhlas itu -kata Imam Adz-Dzahabi- sama saja dipuji, dicela, tidak bergeming, tidak berpengaruh sama sekali.

Makanya dari itulah saudaraku seiman, Ibnul Jauzi mengingatkan dalam kitab beliau bahwa sebetulnya celaan manusia kepada kita lebih bermanfaat buat kita. Sebab kalau kita dicela orang dan diburuk-burukkan orang, kalau memang celaan itu ada pada diri kita, itu membuat kita berusaha memperbaiki diri. Kalau ternyata celaan itu tidak ada pada diri kita lalu kita sabar, maka:

  1. kita akan mendapatkan pahala.
  2. kita akan mendapatkan pahala dia, karena sebenarnya dia sedang mentransfer pahala dia.
  3. Malaikat akan membela kita, sebagaimana dalam hadits riwayat Tirmidzi.

Saudaraku sekalian, berbeda dengan pujian. Kalau kita dipuji dan ternyata pujiannya bener lalu kita termotivasi dengan pujian tersebut, maka itu menunjukkan kita riya’. Kalau ternyata pujiannya tidak benar atau tidak ada pada diri kita dan kita juga gembira dengan pujian yang tidak ada pada diri kita, maka pada waktu itu kita bergembira dengan kebohongan.

Di sinilah  jangan sekali-kali kita mengharapkan pujian manusia. Cukuplah pujian Allah saja. Orang yang riya’ itu hakikatnya seakan-akan menganggap pujian manusia setara dengan pujian Allah atau lebih besar daripada pujian Allah. Bagi orang yang beriman kepada Allah, dia yakin bahwa pujian Allah itu segala-galanya, pujian manusia tidak ada manfaatnya. Orang cuma sebatas memuji-muji. Apakah dia bisa memberi pahala kita? Tentu tidak. Apakah dia bisa memberikan kepada kita balasan berupa surga? Tidak juga. Maka tidak ada manfaatnya.

Jangan sampai kita terfokus ingin dipuji orang. Walaupun memang sifat fitrah manusia itu senang pujian. Makanya riya’ itu sesuatu yang berat. Karena manusia itu senang sekali dipuji. Tapi ketika kita sadar bahwasanya pujian manusia itu tidak ada manfaatnya untuk agama kita, untuk ibadah kita, kita berusaha untuk ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.

Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Hadits


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48895-bahaya-riya-dan-pujian-manusia/